Tahun 2013
ini dipenuhi dengan berbagai macam berita ekonomi dari berbagai Negara yang
cukup member pengaruh besar bagi nilai tukar mata uang Negara, dari mulai
pengambilan keputusan ekonomi yang terbaru hingga masalah yang perekonomian
yang dihadapi dari beberapa tahun sebelumnya yang tak kunjung menemukan titik
penyelesaiannya. Beberapa masalah tersebut seperti isu seputar krisis di Zona
Eropa yang masih belum terselesaikan, dilantiknya Perdana Menteri Shinzo Abe,
hingga isu tapering oleh The Fed yang sempat menggantung nasib
beberapa mata uang Negara.
Kelanjutan Krisis Eropa
Krisis
ekonomi Eropa yang mulai merebak sejak 2010 sampai sekarang belum jelas kapan
akan berakhir. Krisis ekonomi kawasan Eurozone yang dipicu oleh besarnya utang
pemerintah sebenarnya mulai mengakar sejak tahun 2000, dimana rasio utang
pemerintah negara-negara di kawasan Eropa meningkat signifikan. Para pemimpin
Eurozone telah mengambil langkah-langkah untuk menyelamatkan kawasan tersebut
dari krisis utang. Langkah-langkah penyelamatan kawasan Eropa lainnya adalah
hair cut pembayaran obligasi Yunani kepada pihak swasta.
Kebijakan
penyelamatan ekonomi Eropa lainnya adalah kesepakatan para pemimpin Uni
Eropa mengenai rekapitalisasi perbankan secara langsung. Dimana bailout
perbankan disuatu negara bisa dilakukan secara langsung dengan menggunakan dana
bailout Eropa yang ada. Meskipun berbagai kebijakan sudah diambil namun
besarnya utang negara kawasan Eropa serta lambannya langkah-langkah reformasi
ekonominya membuat pemulihan ekonominya berjalan lamban.
Meskipun
sudah banyak langkah yang diambil untuk menyelamatkan Eropa namun masa depan
ekonomi Eropa masih belum jelas. Apalagi reformasi ekonomi yang harus
dijalankan berjalan lamban. Bahkan ada kemungkinan Inggris akan keluar
dari European Union. Ini semua menunjukkan bahwa masih terdapat banyak masalah
yang perlu diselesaikan oleh Eropa.
Tapering The Fed
Setelah menebar ketidakpastian akan
dilakukannya tapering atau tidak,
akhirnya pertengahan desember lalu, Bernanke memutuskan untuk mulai
melakukan pengurangan pembelian obligasi bulanan dari $85 M menjadi $75 M.
Keputusan yang diambil Bernanke ini memberikan dampak yang cukup besar meskipun
tidak terlalu besar dari estimasi para pengamat ekonom.
Dampak tapering mulai terasa di akhir desember
yaitu dengan menguatnya dollar AS, mata uang lainnya seperti AUD dan JPY
melemah cukup jauh. Begitu pula dengan mata uang Asia seperti Won, Ringgit,
Baht, dan Rupiah yang jatuh beriringan setelah pengumuman tapering.
Dilakukannya
tapering pada 18 Desember lalu mengurangi
satu dari sekian banyak pekerjaan rumah yang
dibebankan kepada bakal pengganti Bernanke, Janet Yellen. Tugas Yellen
selanjutnya adalah memutuskan apakah kondisi ekonomi masih terus kuat untuk
melakukan pengurangan pembelian tersebut cukup kuat atau tidak.
Yellen juga
akan bertanggungjawab untuk mengambil keputusan kuat atau tidaknya The Fed
untuk terus menjaga suku bunga di kisaran nol untuk waktu yang lama jika
nantinya perekonomian AS harus menghadapi mimpi buruk untuk gagal pulih seperti
yang telah banyak diperkirakan. Apakah Yellen akan melanjutkan tapering atau akan mengganti dengan
strategi ekonomi lainnya. Who knows?
Performa Mata Uang Major Pair 2013-2014
Selama tahun 2013 ini beberapa mata
uang menunjukkan pergerakan yang signifikan, menguat maupun melemah yang
didukung dengan berita-berita besar dari negaranya maupun dari Negara lain.
Mata Uang Inggris, poundsterling,
menunjukkan pergerakkan yang sangat baik di tengah masih hangatnya krisis eropa
yang belum selesai di tahun 2013 ini, meskipun di kuartal pertama dan kedua
menunjukan penurunan yang jauh namun berhasil berbalik uptrend dan di beberapa bulan terakhir ini menunjukkan posisinya
dapat kembali seperti puncak tertinggi di tahun 2009 dan 2011. Beberapa faktor
pendukung uptrend Sterling ini adalah
karena ekspor non-migas ke Inggris yang kian meningkat, kebijakan Bailey,
pejabat Bank of England, untuk
memperketat syarat kredit rumah di Inggris, dan peningkatan perekonomian
Inggris dalam enam bulan terakhir.
Sedangkan mata uang yang mengalami
pelemahan performa salah satunya adalah Australian Dollar. Bila dibandingkan
dengan Tahun 2012 lalu, penurunan yang terjadi cukup signifikan meskipun belum
sampai serendah Tahun 2008 namun AUD konstan dengan downtrend-nya selama tahun 2013 ini. Memburuknya nilai tukar
Australia didorong oleh komentar Gubernur bank sentral Australia yang
menyatakan bahwa ia lebih menyukai nilai tukar yang rendah untuk aussie. Nilai
tukar yang lebih rendah akan mendorong daya saing produk ekspor dari Negeri
Kangguru tersebut dan akan membantu pertumbuhan ekonomi dari negara itu.
Mata uang
yang menunjukkan tren menurun lainnya adalah Yen terhadap Dollar AS. Bahkan Yen
telah hampir mencapai posisi terendahnya seperti pada Tahun 2008. Melanjutkan
tren pelemahannya dari Tahun 2012, meski di awal Tahun 2013 Yen memperlihatkan
penguatannya namun di penghujung Tahun 2013 ini kembali melanjutkan
pelemahannya terhadap USD. Dan tahun 2014 nampaknya akan menjadi tahun yang
sulit bagi Yen. Dolar-Yen diperkirakan akan mencapai angka 115 di akhir tahun
2014 nanti. Kelemahan Yen telah menjadi topik yang paling dibicarakan sepanjang
tahun 2013 berkenaan dengan kebijakan Jepang yang mulai merancang kembali
program pelonggaran stimulus besar-besaran untuk merombak perekonomian negara.
Selain
kedua mata uang di atas, prediksi menunjukkan ada beberapa mata uang yang akan
melemah di Tahun 2014 nanti. Beberapa di antaranya selain Yen adalah Euro,
diperkirakan Euro akan meredup seiring menguatnya Dollar AS. Analis dari
Westpac Bank salah satunya, memperkirakan bahwa momentum pertumbuhan zona Euro
akan terhalang oleh cerahnya ekonomi AS pada kuartal pertama 2014 nanti,
sehingga memungkinkan untuk memaksa ECB untuk kembali merombak kebijakan
moneternya seiring dengan dimulainya tapering olehh The Fed.
Mata uang
Negara-negara berkembang di Tahun 2014 pun diperkirakan akan meredup. Penyebab
salah satunya masih karena penguatan dollar AS berkaitan dengan tapering yang diperkirakan akan
dilakukan kembali sekitar Bulan Maret 2014 mendatang. Namun, Weston
memperkirakan bahwa mata uang negara Asia Timur seperti Yuan Cina dan Dolar Taiwan,
akan menunjukkan performa yang baik karene ekonomi negara-negara tersebut
memiliki posisi neraca berjalan yang cukup kuat dan cadangan devisa yang besar.
Sumber: www.seputarforex.com, SFN, www.finance.detik.com, www.wikipedia.com, www.macroeconomicdashboard.com, www.vibiznews.com